Hallo mari berteman , namaku Sukma Indah kamu bisa memanggil ku Sukma , nah aku berasal dari kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan ,
sedikit
sejarah kenapa Banjarmasin di juluki kota seribu sungai ,Banjarmasin
adalah sebuah kota delta atau kota kepulauan sebab terdiri dari
sedikitnya 25 buah pulau kecil (delta) yang merupakan bagian-bagian kota
yang dipisahkan oleh sungai-sungai . Nah sekarang aku ingin
menceritakan sedikit tentang budaya di Kalimantan Selatan .
Budaya dari kota banjar yang akan saya bagi di blog saya disini adalah beberapa adat pernikahan suku Banjar
- Basasuluh (menyelidiki)
Dalam masyarakat Banjar, proses awal menuju jenjang pernikahan
umumnya lebih aktif dilakukan oleh pihak laki-laki. Sementara pihak
wanita bersikap pasif dengan menunggu sampai ada pihak laki-laki
memintanya. Untuk itu, basasuluh (menyelidiki) biasanya dilakukan oleh
pihak laki-laki untuk mengetahui seluk beluk gadis yang akan
dipinangnya. Proses basasuluh yang berarti menyuluhi keadaan si gadis,
umumnya dilakukan oleh seorang wanita tua yang pandai dan berpengalaman
untuk menilai keadaan si gadis yang akan dipinang. Semua informasi
mengenai keluarga, sopan santun, maupun keterampilan pihak wanita akan
disampaikan pada pihak laki-laki. Apabila disetujui, maka pihak
laki-laki bersiap untuk melanjutkan tahap selanjutnya yaitu badatang
atau bapara.
- Badatang/Bapara (Meminang/melamar)
Pada tahap ini, pihak laki-laki dan keluarganya sepakat untuk datang
ke rumah orangtua si gadis guna menyampaikan maksud lamarannya. Lalu,
dipilihlah satu utusan dari pihak laki-laki yang berwibawa dan pandai
mengatur kata-kata, sehingga pihak wanita yang dilamar senang dan
terkesan. Selama proses lamaran berlangsung, tak lupa diselingi dengan
bahasa kiasan dan petatah-petitih sampai pihak keluarga wanita mengerti
akan maksud kedatangannya. Jika lamaran diterima dengan baik, maka pihak
keluarga wanita akan meminta waktu selama beberapa hari untuk
bermusyawarah.
- Bapapyuan/Bapatut Jujuran (Penentuan mas kawin)
Setelah ada kesepakatan kedua belah pihak, dilanjutkan tahap
berikutnya yaitu pembicaraan mengenai besarnya jujuran (mas kawin) dan
pengiringnya (patalian). Selain itu, dibicarakan pula hari dan tanggal
pernikahan yang umumnya ditetapkan oleh pihak wanita. Adakalanya
diterima atau ditolaknya lamaran akan diketahui dalam tahap ini, seperti
besarnya jujuran dan patalian yang tidak bisa dipenuhi pihak laki-laki,
terkadang mengakibatkan gagalnya pernikahan maupun penolakan halus dari
keluarga pihak wanita.
- Maatar Jujuran/Patalian
Apabila kesepakatan mengenai mas kawin dan pengiringnya telah
disetujui oleh masing-masing keluarga, maka diadakan upacara maatar
(mengantar) jujuran (mas kawin). Hantaran mas kawin ini biasanya berupa
sejumlah uang tunai yang disepakati beserta seperangkat pakaian dan
perhiasan sebagai tanda jadi atau pengikat pertunangan. Tanda pengikat
ini biasanya dibawa oleh ibu-ibu yang telah berumur, sambil menyampaikan
pantun berbalas saat kedua rombongan bertemu.
- Akad nikah
Sesuai dengan adat kebudayaan masyarakat Banjar yang banyak menyerap
nilai-nilai agama Islam, akad nikah biasanya disepakati dengan
perhitungan hari dan bulan Arab. Akad nikah berlangsung di masjid atau
di rumah mempelai wanita sebelum akhirnya mempelai laki-laki kembali ke
rumah orangtuanya untuk mempersiapkan acara selanjutnya yaitu Basanding.
Namun, sebelum acara Basanding berlangsung ada beberapa tahapan yang
dilakukan oleh kedua mempelai guna mempersiapkan hari yang paling
bersejarah dalam hidupnya.
- Bapingit
Selang beberapa hari menjelang pesta basanding, kedua calon pengantin
akan dipingit, tidak boleh keluar rumah. Waktu bapingit ini akan
dipergunakan si calon pengantin untuk merawat tubuhnya dengan berbagai
macam ramuan tradisional agar terlihat segar dan bercahaya saat
bersanding di pelaminan. Ada beberapa tahap merawat tubuh selama masa
bapingit dilakukan seperti Bakasai dimana kedua mempelai membaluri
tubuhnya dengan cengkaruk yaitu lulur yang terbuat dari bahan beras
ketan yang digosongkan dan ditumbuk halus. Setelah Bakasai selesai
kemudian dilanjutkan dengan Batimung yaitu suatu cara mengeluarkan bau
keringat yang tidak sedap dari tubuh dengan ramu-ramuan tradisional.
- Bapacar
Usai Batimung, acara dilanjutkan dengan Bapacar yaitu acara
memerahkan kuku dengan daun inai yang ditumbuk halus. Adakalanya bapacar
dilakukan berulang-ulang untuk mendapatkan warna yang diinginkan.
Selain kuku nampak indah saat bersanding di pelaminan, bapacar merupakan
ciri khas tersendiri bagi laki-laki dan perempuan Banjar yang baru
menikah.
- Badudus/Bapapai
Acara Badudus atau mandi bagi kedua pengantin dilakukan pada sore
atau malam hari menjelang tiga hari sebelum acara basanding. Waktu ini
dipilih sebagai simbol peralihan masa remaja menuju dewasa. Sebelum
dimandikan, terlebih dahulu diadakan acara balarap yaitu membersihkan
wajah dari bulu-bulou halus agar terlihat bersih dan bercahaya. Acara
balarap tersebut hanya dilakukan sekali seumur hidup yaitu apabilas
eseorang akan menikah untuk pertama kalinya.
- Batamat (khatam Quran)
Acara batamat atau khatam Quran umumnya dilakukan pada sore atau pagi
hari sebelum mempelai bersanding di pelaminan. Dalam acara ini mempelai
memakai busana haji dan dipayungi kembang sambil membaca surat Ad-Dhuha
sampai Surat An-Naas. Sewaktu membaca ayat terakhir dari masing-masing
surat yang dibaca, akan diiringi para hadirin dan sanak saudara yang
hadir. Acara yang dipimpin oleh seorang guru ngaji diakhiri dengan
pembacaan doa bagi kedua mempelai dan selamatan nasi lemak yang dihias
dengan telur rebus aneka warna.
- Maarak Pengantin (mengarak pengantin)
Setelah kedua mempelai dirias, maka dilanjutkan dengan mengarak
pengantin menuju pelaminan. Arak-arakan dilakukan oleh pihak pengantin
laki-laki yang dimeriahkan dengan atraksi kesenian sinoman hadrah dan
kudang gepang. Jika jarak rumah kedua mempelai berdekatan, arak-arakan
dilakukan dengan berjalan kaki, dimana mempelai laki-laki dipayungi
dengan payung ubur-ubur sambil terus mendendangkan shalawat kepada Nabi
Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam. Jika jarak yang ditempuh cukup
jauh, maka kendaraan pengiring pengantin akan dihias dengan hiasan
berupa kepala naga yang dikenal dengan istilah Baa’arak Naga.
- Basanding/Batatai
Sesampainya arak-arakan di rumah mempelai perempuan, mempelai
laki-laki akan disambut dengan shalawat kemudian keduanya bersanding di
balai warti sambil menyaksikan atraksi kuda gepang, orkes atau sinoman
hadrah. Selanjutnya kedua mempelai turun dari balai warti dengan diusung
oleh dua orang pengusung. Mempelai laki-laki diusung di pundak di atas
bahu. Setelah selesai diusung, kedua mempelai dibawa masuk ke dalam
rumah untuk disandingkan di geta kencana. Saat bersanding keduanya
makan nasi hadap-hadap dan nasi padapatan yang dilakukan dengan cara
saling berebut menyuapi pasangan
Sumber :
Klik disini
B. Ciri Khas
Ada salah satu ciri khas dari kota Banjar yaitu kain batik sasirangan
sedikit fungsi batik sasirangan Pada zaman Kerajaan Banjar, batik
Sasirangan digunakan sebagai ikat kepala atau “laung”, ikat pinggang
untuk kaum lelaki dan selendang atau kemben untuk kaum perempuan. Bahkan
kain Sasirangan dahulu kala juga dipakai untuk upacara adat dan alat
penyembuhan orang sakit.
Belakangan ini, Sasirangan terus berkembang menyebar ke berbagai
daerah seiring dengan perkembangan dunia mode yang sering mengadaptasi
pakaian-pakaian adat tradisional. Batik Sasirangan bisa digunakan dalam
berbagai kesempatan misal untuk menghadiri pesta perkawinan dan
berbagai acara resmi.
Sumber :
Klik disini
C. Makanan Khas
Ada salah satu makanan khas suku Banjar yang hampir mirip dengan
makanan khas suku Bugis bedanya hanya dari cara pembuatan dan namanya
kalau panganan khas suku bugis namanya soko sedangkan untuk nama
panganan khas suku Banjar ini adalah Lamang, makanan ini sangat pas jika
di sajikan dengan iwak rabuk
Tidak ada komentar:
Posting Komentar